24 Februari 2017

Hanwha Targets Indonesia as Potential Customer for K21-105

24 Februari 2017


Hanwha K-21 amphibious IFV (photo : Jane's)

Seeking export success

Hanwha Defense Systems (Stand 12-C35) of the Republic of Korea (ROK) has brought its latest production K21 infantry fighting vehicle (IFV) to IDEX in an effort to win a first export contract for it. It has been developed to meet the requirements of the ROK Army and has also been referred to as the Next Infantry Fighting Vehicle (NIFV), with an estimated 500 units under contract or delivered.

When compared with other IFVs, the K21 is well armed with a two-person turret armed with a 40mm cannon and a 7.62mm co-axial machine gun (MG), with some models having a twin anti-tank launcher mounted on one side of the turret.

The K21 IFV has a combat weight of 25 tonnes and unlike most other tracked IFVs is fully amphibious with additional buoyancy aids and is then propelled in the water by its tracks at a maximum speed of 6km/h. It is fitted with an in-arm hydropneumatic suspension system, which not only provides a good ride for the crew consisting of commander, gunner and driver, and nine dismounts, but is also a more stable firing platform.

K21-105 Medium Tank

To meet potential export customer requirements, Hanwha has developed the K21-105 medium tank. This consists of a K21 IFV hull modified to take the Belgian CMI Defence two-person turret armed with a 105mm rifled gun and a 7.62mm co-axial MG. This combination has already completed its mobility and firing trials in South Korea, as well as in an undisclosed Asian country in Asia, believed to be Indonesia.

In addition to firing conventional natures of 105mm ammunition, the system can fire a laser-guided projectile fitted with a tandem high-explosive anti-tank (HEAT) warhead to neutralise targets fitted with explosive reactive armour, out to a maximum range of 5,000m.

The company has also developed an armoured recovery vehicle, a command post and a driver training vehicle based on the K21 IFV platform, which are in service with the ROK Army.

(Jane's)

21 komentar:

  1. Platform k21 kalo di air harus pake pelampung, g malah riskan y? Di tembak saat di air bsa tenggelam dong.

    BalasHapus
    Balasan
    1. namanya belli barang apa lagi belli senjata harus mengutamakan kualitas buat bangsaku . Beda kalau buat bank saku dengan alasan tot k21 begitu kuat nya di mata si pembeli tidak buat pemakai tni al maunya kendaraan amfibius hebat berenang di air .

      Hapus
    2. @TT_W

      Pelampungnya ditempelin logo palang merah aja bang...

      Hapus
    3. Bagus tni al bmp3f amfibius di perbanyak mudah perawatannya beda k21 buatan mas korea berenang harus pakek pelampung segala.. pak menhan minta maaf ke om korea lain kali sajaa lah k21 kurang mantap hehe .

      Hapus
    4. huss murah rawatan dari ciampe'a..pelornya aje improt smua.


      ngapaen pak menhan diminta muup org gak salah kuooo, si om antiembalgo aja tuch diminta opa rr selesaiin penataran uu pertahanan ama permenhan tinggian mana dari kemarin gak dijawab2.

      kata opa kalo si om antiembalgo nurut bakal dibeiliin tuch sikoyo 35 haha!

      hayo buruan kesini:
      https://defense-studies.blogspot.co.uk/2017/02/murky-aw101-delivery-perplexes.html

      Hapus
    5. IMO, proteksi yang lebih baik memang dibayar mahal dengan kemampuan berenangnya yang "buruk".
      Saat deploynya saya juga masih bingung mau di taruh di mana, kalau di depan takut pelampung kena sasaran duluan, tapi kalau di belakang percuma juga punya proteksi bagus.

      Hapus
  2. Sharusnya ranpur yg beroda 8x8...klw nmbah yg pke rantai lbh bgus bmp 3 F ja yg di tmbah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang ini proteksi balistiknya lebih baek tentunya...

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  3. Prediksi ane 20 tahun lagi museum Satria Mandala akan menjadi museum militer dengan variasi koleksi salah satu terbanyak dunia karena begitu gado-gadonya alutsista TNI.
    Sudah ada BMP-3 ditambah K21, sudah ada Cougar series + Mi-17 mau ditambah AW dan blackhawk. Sudah ada Marder masih ditambah M113.

    Mayoritas negara (maju) mulai merampingkan type rating alutsista masing-masing. Kita malah makin rame. Kenapa yah?

    IMO.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau menurut pandangan saya, K21 yang sebelumnya dibeli oleh TNi, lebih untuk penjajakan kemampuan, semacam test bed, karena jumlahnya terus terang tidak banyak. Sedangkan M113, saya kurang tahu apakah jadi beli stok lamanya Belgia?

      Hapus
    2. haha bener jg tuch om cendana. suatu saat kita py museum alutsista terbesar dan mayan komplit gegara investasi gado2 gini.

      mungkin krn kita negara nonblok murni, jadi konsentrasi militer kita terpecah2, gpp lah yg penting gaul sana sini militer kita diterima dunia, drpd terkucilkan.

      Hapus
    3. om daring, prasaan ini k21 blom diakusisi indonesia. setau guwe k24 yg uda ada..haha! canda om

      kalo m113 belgi uda dari 2 taun lalu mendarat di bumi pertiwi, bisa liat pas latihan tni ad di kep natuna kemarin om

      cekidot: https://www.youtube.com/watch?v=7V8YwW5el9I

      Hapus
    4. Saya pikir wajar saja sih, kita itu sedang membangun industri pertahanan. kenapa bnyak nyoba barang karena TNI pengen nyari setiap kelemahan dan kelebihan dari setiap produk, selain itu mana yang lebih pas terhadap doktrin kita. Nantinya bermanfaat juga untuk masukan ke indhan kita.

      ToT dari produk tertentu juga belum tentu 100% terkadang mungkin ada "missing link" yang harus di isi.
      IMHO aja sih

      Hapus
    5. @cendana

      Karena kita pernah punya slogan "thousand friends, zero enemy"...yang artinya, semua dagangan alutsista negara sahabat,kita larisin.

      #horang kayaaaaa

      Hapus
    6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  4. Yes, I concur that it is more difficult and expensive to maintain several types of platforms. I do think the Indonesian Armed Forces knows about it,but they are now avoiding their experience of "Embargo" which they have experience previously. If you have several types, the lesser effect it will have for the Armed Forces by source countries.

    BalasHapus
    Balasan
    1. @BOB

      Yup...saya tau jawabnya!!!

      Perampingan jenis alutsista adalah impian setiap panglima...tapi malangnya "impian" ini selalu muncul ketika jabatannya sudah mau berakhir.

      #upsssss...bisa dilempar arloji mmahal nih

      Hapus
    2. @BOB

      Yup...saya tau jawabnya!!!

      Perampingan jenis alutsista adalah impian setiap panglima...tapi malangnya "impian" ini selalu muncul ketika jabatannya sudah mau berakhir.

      #upsssss...bisa dilempar arloji mmahal nih

      Hapus
  5. https://defense-studies.blogspot.co.uk/2017/02/indonesia-mulls-turkish-south-korean.html

    kalo berdasar berita link diatas, spertinya baru proposal. jd kemhan lagi mempelajari dari russia, korsel dan turki.

    ada kemungkinan bbrp perusahaan lain jg ikutan tender. aplg yg uda nyetor 5 ekor kmrn pst makin galak nyerangnye haha!

    baguslah namanya tender hrs bersaing, sblom kompetisi berakhir.

    perkiraan guwe sich ujung2nya bakalan berakhir sedikit politis, soalnye demi proyek lain bisa jalan begitchu.

    yg guwe heran itu bmd4 dri jaman baheula ktnya uda diorder, sampe skrg kok gak ikutan parade.
    gimana nich urusannya mantri urusan rusia om antiembalgo tlng dijwb dech

    https://en.wikipedia.org/wiki/BMD-4

    BalasHapus
  6. Kan baru opini belum pasti jg beli itu.. sbnrnya semua produk itu bagus..

    Mungkin setiap pembuatan produk.. para negara produksi dapat TOT yg masih lama tapi dgn desain keinginan mereka sendiri..

    Sama dengan kita nanti.. kita mau buat pesawat.. kapal selam.. dan helikopter.. pasti kita buat dgn desain kita mau tapi dgn TOT yang sudah dikasih..

    Jadi.. kita sebaiknya.. kalau mau komen di email tni ad.. tni au.. tni al..

    Berikan masukan ke mereka alutsista yg bagus klw kita ketahui

    BalasHapus