06 Februari 2016

PTDI Ekspor Badan Helikopter ke Airbus Prancis

06 Februari 2016

Setelah Eurocopter berganti nama menjadi Airbus Helicopters maka nama helikopter EC725 Caracal berubah menjadi H225M (image : Airbus, photo : Detik)

Jakarta -PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI) hari ini kembali mengekspor fuselage (badan) terasembeli yang kelima, untuk komponen upper dan lower fuselage helikopter H225/H225M (Military) yang telah terintegrasi ke Airbus Helicopters, Prancis.

Pengiriman badan helikopter H225/H225M merupakan pengiriman ke kelima dari total sebanyak 125 fuselage yang harus dikirimkan oleh PTDI hingga akhir kontrak di 2025.

Sejak tahun 2008 lalu, Eurocopter yang saat ini dikenal dengan Airbus Helicopters telah mempercayakan PTDI sebagai mitra pengembangan produksi untuk upper dan lower fuselage serta tailboom (ekor). Sesuai dengan rencana, PTDI akan memasok 125 fuselage dan 125 tailboom untuk helikopter H225/H225M dalam jangka waktu antara 10-16 tahun.

"Helikopter H225/H225M yang sebelumnya dikenal dengan nama EC225/EC725, merupakan helikopter generasi baru dari helikopter NAS332 Super Puma," Kata Manager Program MK II Airbus Helicopters, Yulianto Soekarno dalam siaran pers, Jumat (5/2/2016). 

Sebelum mampu menyerahkan badan helikopter H225/H225M secara terasembli, PTDI sudah menyerahkan 45 unit tailboom, 10 unit upper fuselage dan 4 unit fuselage.


PTDI telah sanggup mengerjakan pesanan fuselage terintegrasi dalam jangka waktu 6 minggu sehingga dalam jangka waktu 1,5 bulan, PTDI mampu mengirimkan 1 fuselage terintegrasi ke Prancis. 

"PTDI mampu bukan hanya merakit saja karena PTDI mampu membuat dari raw material sampai barang jadi," tambahnya.

Proses awal dimulai dari Kawasan Produksi (KP) II di PTDI ketika raw material dibentuk menjadi single part di Divisi Detail Part Manufacture Direktorat Produksi. Masih di kawasan yang sama juga, dibuat komponen oleh bagian machining yang kedua. Proses tersebut akan di-assembly di hanggar final assembly helikopter H225/H225M
Kawasan Produksi (KP) IV PTDI. 

"Dari fasilitas produksi KP II, mulai dari pengerjaan, ada komponen dari sheet metal dan ada komponen dari machining. Kedua komponen tersebut masuk di KP IV untuk dirakit menjadi fuselage dan tailboom kemudian masuk proses pengepakan" imbuh Yulianto. 

Fuselage dikirimkan ke pabrik Airbus Helicopters di Perancis melalui proses shipping dengan waktu pengiriman selama 5 minggu. Proses persiapan pengiriman dilakukan dengan cara membungkus bagian fuselage helikopter dengan menggunakan aluminium foil yang telah direkatkan menggunakan sealer yang kemudian dimasukan ke dalam kontainer. Hal ini dilakukan untuk mencegah korosi air laut selama proses pengiriman. 

Sedangkan, karyawan PTDI yang menangani pengerjaan komponen H225/H225M ini terdiri dari 220 orang dengan latar pendidikan S1, D3 dan SMK. Dari total pekerja yang terlibat, sebanyak 80% adalah tenaga-tenaga muda. 


Pihak Airbus Helicopters juga telah menempatkan personelnya di PTDI, Bandung sejak program pengembangan ini dimulai. Nilai kontrak dari Airbus Helicopters yang sudah dipegang oleh PTDI untuk komponen-komponen H225/H225M adalah US$ 45 juta.

PTDI merupakan salah satu pemasok komponen H225/H225M, disamping beberapa perusahaan dari Spanyol dan Timur Tengah. Komponen dari PTDI memang sudah sangat ditunggu oleh Airbus Helicopters sehingga PTDI harus mampu menjadi pemasok komponen kelas dunia. 

"PTDI adalah salah satu pemasok industri raksasa di dunia seperti Airbus commercial, Airbus Defence & Space dan Airbus Helicopters yang pesawat-pesawatnya sudah terbang di berbagai Negara di dunia (pemasok global)," ujar Direktur Produksi PTDI, Arie Wibowo.

Fuselage yang nantinya akan tiba di Perancis selanjutnya diintegrasikan serta dilengkapi dengan engine dan sistem terbang. Rencananya, helikopter tersebut akan dikirimkan untuk customer di Eropa. 

"PTDI berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas produk demi kepuasan konsumen di pasar global," tambahnya.

(Detik)

8 komentar:

  1. Terima kasih airbus/eurocopter karena telah melakukan transfer teknologi yg dibutuhkan utk membuat komponen tersebut. Tanpa TOT(transfer of technology) yg mulai diterima sejak lebih dari 20th yg lalu, PTDI ga mungkin bisa ada di posisinya sekarang ini.

    BalasHapus
  2. melihat dari kemampuan PT.DI sepertinya indonesia sudah siap untuk mengembangkan teknologi dirgantara sendiri, tapi masalahnya tergantung dukungan pemerintah

    BalasHapus
  3. baru bisa bikin ini rangka...masih jauh rupanya

    BalasHapus
  4. Sudah terpikirkan kearah yang lebih jauh. Masalahnya ada di industri hulunya yang belom siap, terutama mesin.


    .

    BalasHapus
  5. Setuju bro luthfi.. Engine, surveillance system,communication device, dan jeroan2 lainnya blm bs diproduksi secara lokal

    BalasHapus
  6. Setuju bro luthfi.. Engine, surveillance system,communication device, dan jeroan2 lainnya blm bs diproduksi secara lokal

    BalasHapus
  7. Yah bisa bikin casing bukan berarti bisa bikin hape.. tapi minimal sudah bisa bikin casing.. itu jg ga mudah kok, jd tetap patut di hargai.

    BalasHapus